Selasa, 09 April 2013
Budi daya lele organik
Kotoran sapi rupanya tak hanya bermanfaat untuk pupuk organik, kotoran sapi saat ini juga populer untuk budidaya lele organik. Dalam budidaya lele organik kebutuhan pakan berupa pellet dapat ditekan, sehingga biaya perawatan pembesaran lele dapat lebih murah, sehingga petani bisa mendapatkan keuntungan yang lebih baik dari pada budidaya dengan system konvensional. Lele yang dipelihara dengan system organik ternyata lebih gurih. Konsep budidaya lele organik mengadopsi pola hidup lele di alam bebas, dimana media hidup (kolam pemeliharaan) dan pakannya berasal dari bahan
organik.
Berbeda dengan bu
didaya lele non organik, untuk membudidayakan lele organik sejak masih benih hingga siap konsumsi. Biasanya dilakukan dengan perlakuan khusus, dari mulai persiapan kolam, pemberian pakan, semua berasal dari bahan-bahan alami yang diolah dengan system fermentasi, pemakaian obat-obatan kimia hanya diberikan sebatas keperluan yang memang tidak bisa dihindari. Hasilnya tentu saja berbeda. Ukuran lele organik ternyata lebih panjang, antara 25-30 centimeter dibandingkan lele biasa. Warna lele organik kemerah-merahan, terutama di bagian sirip dan insang. Sedangkan lele biasa (non Organik) warnanya sedikit lebih hitam, Lele organik juga lebih menonjol dalam hal rasa. Tekstur daging lebih kesat, kenyal, dan gurih, hampir menyamai rasa lele yang hidup di alam bebas dan tentunya, lebih sehat..
Membudidayakan lele organik memang membutuhkan keuletan tersendiri.
Sebab,setidaknya terdapat empat tahapan yang harus dilakukan.dalam persiapan kolam pemeliharaan yaitu:
Tahap pertama :
pemberian kotoran sapi yang telah dikomposing selama satu bulan. Kotoran sapi tersebut ditempatkan dalam karung tertutup dan diposisiskan didasar kolam
Tahap kedua:
Pembentukan kultur alami dari pakan alami lele, dengan cara melarutkan pupuk cair organik yang mengandung bakteri penghasil enzim Xylanase.
Tahap ketiga:
Pembiakan pakan alami dengan cara pemberian EM4
Tahap ke empat:
pembuatan filter air untuk menyaring air dengan bahan-bahan alami berupa dedaunan dan arang tempurung kelapa.
Tujuan dari pemeliharaan lele dengan system organic dimaksudkan untuk merubah kebiasaan lama, dimana disetiap kolam lele pasti akan tercium bau menyengat yang sangat mengganggu lingkungan, juga untuk menekan limbah dan pencemaran lingkungan air permukaan (sumur) akibat dari pemberian pakan yang berupa limbah industry peternakan ayam, atau akibat kelebihan pakan berupa pellet yang biasanya tidak termakan habis oleh lele dan menjadi penyebab utama dari bau busuk yang mencemari air sumur, parit, sungai dan udara disekitar kolam pemeliharaan lele dengan system konvensional.
Kolam lele organik berisi air dicampur langsung dengan pupuk organik, kotoran sapi dan bakteri-bakteri penghancur sampah organik. Dari cara ini, kotoran sapi akan menghasilkan banyak plankton yang menjadi makanan utama lele. Sedangkan pupuk cair yang mengandung bakteri akan menghasilkan enzim-enzim terutama enzim Xylanase yang berfungsi untuk menguraikan sisa makanan (sampah organik) yang ada didasar kolam menjadi makanan untuk jasad renik, udang renik, kutu air dan lain-lain yang merupakan makanan alami ikan lele, sehingga pencemaran akibat sampah pakan yang ada dalam kolam dapat dihindari. Keuntungan lainnya, air di dalam kolam lele tidak menghasilkan bau busuk seperti halnya lele non organic, Sehingga tak perlu repot mengganti air dalam kolam, menghemat biaya dan tenaga, bahkan air dari kolam organic ternyata bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman padi dan palawija.
Budidaya ikan lele dengan sistem Organik
Pengenalan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNejP0auMioUi8S2DZdcg6YOegmeiHv19voIRCz6P18zTV3pNFKoiHBeCA4ghbbuDilusg-Ejen4lRIjFq6HJB2tzJYuPrAEm5teGmuC2CQeY8hoQgIX8wVlg0dUmR87n8d77BZ3LLYmY0/s400/485281_lele.jpgKlasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Siluriformes
Famili: Clariidae
Genus: Clarias
Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.
Pemeliaran
Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya.
Habitat
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali ikan lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat teduh
Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian jenis lele telah dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang berasal dari Afrika.Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberok dulu istilahnya sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya.
Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk.
TAHAP DEMI TAHAP BUDIDAYA LELE ORGANIK
PERSYARATAN LOKASI
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah
liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat
digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam
pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
2) Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
3) Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4) Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat
dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5) Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi
tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6) Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-300C dan untuk pemijahan 24-280 C.
7) Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya
cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
8) Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri,merkuri,
atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan
ikan.
9) Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10) Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau dedaunan hidup, seperti enceng gondok.
11) Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100
ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untukyang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya tidak
terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi.
Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi:
- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50(bening)
- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40(sedang)
- Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30-50(agak keru)
Penyiapan Bibit
Menyiapkan Bibit
Ciri-ciri induk lele jantan:
- Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
- Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
- Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah
belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
- Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng
(depress).
- Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor
akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
- Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
Ciri-ciri induk lele betina
- Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
- Warna kulit dada agak terang.
- Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna
kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
- Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
- Perutnya lebih gembung dan lunak.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke
arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
Syarat induk lele :
- Kulit induk betina harus lebih kasar dibanding induk lele jantan.
- Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil
supaya terbiasa hidup di kolam.
- Berat badannya berkisar antara 1000-2000 gram, tergantung
kesuburan badan dengan ukuran panjang 30-60 cm.
Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
- Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina
berumur satu tahun.
- Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya
bisa memijah lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya
mengandung cukup protein.
PERSIAPAN DAN PEMELIHARAAN KOLAM
PENGERINGAN DAN PEMUPUKAN KOLAM
Sebelum digunakan kolam dipupuk dan dikeringkan dulu.Pengeringan dan pemberian obat-obatan pembunuh jamur dan bakteri patogen dimaksudkan untuk meminimalisir gangguan hama serta membunuh bibit penyakit.setelah dikeringkan dan diberi obat-obatan, kolam perlu kita bilas, dengan cara menyemprotkan air dengan pompa bertekanan tinggi keseluruh kolam sampai semua lumpur,sampah dan binatang pengganggu terlarut keluar dari kolam pemeliharaan.
Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi lele.Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran sapi)dan kompos kering (Butiran)dengan dosis 500-700 gram/m2, disebar merata keseluruh kolam. Kotoran sapi ditempatkan dalam karung dan ditambat didasar kolam sebanyak minimal 2 karung/kolam, tentunya lebih banyak lebih baik. Kolam diisi kembali dengan air segar, setelah proses pemupukan selesai. Tambahkan minimal 1 liter pupuk cair EM4, pemberian pupuk cair EM 4 harus dilakukan secara bertahap, untuk minggu pertama bersamaan dengan masuknya air kedalam kolam pemberian EM4 sebanyak 250cc dan dibiarkan
selama tiga hari sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau
kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh
sebagai makanan alami lele. Pemberian selanjutnya seminggu setelah benih mulai ditanam, dan juga minggu-minggu selanjutnya secara bertahap ketinggian air ditambah, setiap minggu seiring dengan bertambahnya ukuran lele.
Usahakan agar selalau membuat tempat tersendiri untuk kelangsungan pemeliharaan pakan alami lele, dengan cara membuat sekatan disalah satu sisi kolam. Sekatan ini diupayakan tidak bisa dimasuki lele secara langsung, agar induk dari pakan alami lele bisa berkembang biak dengan tanpa gangguan, sehingga ketersediaan pakan alami ini dapat terus terpelihara sampai lele bisa dipanen. Dalam sekatan ini tempatkan minimal 2 karung kotoran sapi, pupuk cair EM4 dan bekatul. Selain itu dalam sekatan ini kita isi dengan jerami dan potongan pohon pisang yang dibiarkan membusuk, sedikit kotoran ayam dan sampah sayuran.
PEMELIHARAAN KOLAM
Ikan yang kita pelihara dalam kolam memerlukan pemeliharaan dan perawatan agar dapat memberikan hasil yang memuaskan. Untuk itu perlu kita buat jadwal perawatan kolam, supaya selama masa pemeliharaan, kolam dapat menjadi tempat yang nyaman dan terjaga kondisinya sampai masa panen tiba.
1) Kolam diberi pupuk cair EM4 secara berkala dengan dosis 20-25cc/m2 untuk menjamin ketersediaan bakteri penghancur sampah dan pembuat enzim Xylanase, Pemupukan dengan pupuk Organik dan pemberian Enzim Xylanace kedalam kolam, bertujuan untuk menimbulkan kultur pakan alami yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan lele. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera diobati dengan ekstrak tanaman obat
2) Pembuatan kotak filter. Berupa anyaman bambu berbentuk persegi empat dengan ukuran 1(satu) meter, fungsi dari kotak ini sebagai penyaring kotoran dan bibit penyakit yang mungkin ikut terlarut dalam aliran air, kedalam kotak diisikan berbagai macam daun yang bermanfaat dan bersifat obat, sekaligus juga dapat mengkondisikan keasaman air kolam. (lihat dalam indeks)
3) Induk pakan alami yang kita pelihara dalam sekatan juga perlu kita urus dengan cara yang sama dengan kolam utama, supaya ketersediaan pakan alami lele tetap berlimpah.
Pemberian Pakan
1) Makanan Alami Ikan Lele, Pakan ini akan dihasilkan dari sekatan yang dibuat sebelumnya, jika sekatan ini tidak rusak atau bocor pakan alami akan selalu tersedia sampai waktu panen.Pakan alami yang akan timbul dari sekatan ini adalah:
a.Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan
serangga air.
b.Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome),
Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome),
ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
c. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein. Kotoran yang berasal dari kakus. Sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yangdihancurkan, usus ayam,bangkai2. dan bekicot /keong mas dll.
Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti
pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%.
Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang
dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele.
2) Pakan buatan (Pellet)
- Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu
- Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu
tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.
Untuk mengurangi pemborosan karena pemberian pakan yang tidak teratur dan berlebihan, kita perlu membuat perhitugan yang tepat antara jumlah ikan dan berat keseluruhan ikan,serta umur ikan dengan begitu kita dapat memperkirakan keperluan pakan harian dan jumlah pakan yang diperlukan setiap hari, (Indeks perhitungan pakan )
Vaksinasi
1. Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang
berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan
dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan
kebal selama 6 bulan.
2. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan
menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
3. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam
lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.
HAMA DAN PENYAKIT
1. Hama
a. Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele.
b. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele
antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan
gabus dan belut.
c. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering
menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak
banyak diserang hama.Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkatrendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
1) Penyakit
bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas
hydrophylla
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di
ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8
x 1–1,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul
pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air. Pengendalian:
memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk kualitas air.
Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan berwarna
gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan
limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring,
bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas air
dan lingkungan kolam.
Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan
yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus
seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang
daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada
telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang
amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius
multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di
permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan
insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding
kolam. Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing
Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus
menyerang kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka,
kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.
Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala:
pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga
menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada
saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Kiat mengatasi Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor
penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
1) Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti
dengan yang suhunya lebih dingin.
2) Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3) Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4) Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
Untuk menghindari akibat yang lebih fatal karena kesalahan pemberian obat, segera hubungi PPL ataupun Pengurus kemitraan yang menangani masalah pengobatan dan pengurusan kolam.
Obat Alami Untuk Ikan
Pengusaha budidaya lele wajib mengetahui penyakit-penyakit yang sering menyerang ikan lele, bahkan tidak jarang penyakit yang menyerang lele berujung pada kematian sehingga mengakibatkan kerugian besar bagi para pengusaha ternak lele, penyakit lele bisa diakibatkan dari bermacam faktor, baik karena faktor alam maupun dari kesalahan tata cara pembudidayaan. Hal ini sangat berguna dalam menangani penyakit dan pemberian obat yang tepat.
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam hal penggulangan penyakit lele, diantaranya dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di alam atau disekitar lingkungan kita, selain lebih murah dan mudah didapat, pengobatan penyakit lele dengan bahan-bahan alami relatif lebih aman, baik untuk lele maupun untuk lingkungan sekitar.
Antibiotik untuk mengatasi penyakit ikan air tawar adalah bawang putih (Allium sativum), dan daun ketapang (Termmalia cattapa). Hasil penelitian menginformasikan bahan lain yang dijadikan bahan antibiotik adalah daun sirih (Piper betle L), daun jambu biji (Psidium guajava L), jombang (Taraxacum officinale) dan daun sambiloto (Androgaphis paniculata).
Daun sirih diketahui berdaya antioksidasi, antiseptik, bakterisida, dan fungisida. Tanaman sambiloto bersifat anti bakteri, sedangkan daun jambu biji selain bersifat anti bakteri juga bersifat anti viral. Beberapa tanaman obat yang sudah diteliti oleh peneliti dari BRKP DKP.
No Jenis Tanaman Dosis Perlakuan Peruntukan/Khasiat
1 Meniran
Anti. Aeromonas hydrophila
2 Kipahit
Anti. Mycobacteriosis
3 Daun semboja
Anti Aeromonas hydrophila
4 Sambiloto
Anti Aeromonas hydrophila
Mengenai potemsi ekstrak daun kipahit setelah diteliti ternyata mampu menanggulangi penyakit mycobacteriosis” pada ikan Gurame. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium penyakit ikan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor.
Pengujian yang dilakukan terhadap ikan Gurame ini ternyata pada level konsentrasi 10.000 mg/l dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji, sedangkan perendaman ikan uji yang terinfeksi bakteri dengan dosis yang sama dengan lama perendaman 3 jam dapat digunakan untuk pengobatan penyakit Mycobacteriosis.
Sedangkan untuk menyembuhkan penyakit ikan yang disebabkan oleh Jamur bisa digunakan kunyit, bawang putih, daun sirih, daun pepaya dan brotowali. Bahan-bahan ini dapat berguna untuk membasmi penyakit jamur yang menempel pada tubuh ikan, walaupun dalam membasmi suatu penyakit dengan menggunakan bahan-bahan alami memiliki waktu yang lama. Kemudian dari ke-5 bahan-bahan alami yang dapat menyembuhkan penyakit jamur pada ikan yaitu bawang putih.
Berikut keterangan mengenai tanaman yang berkahasiat lainnya:
No. Jenis Tanaman & Khasiat
1. Bawang putih ,Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan patin
2. Daun sirih,Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele
3. Daun jambu biji,Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele
4. Daun sambiloto,Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele
5. Daun jombang dan ketapang,Obati serangan Aeromonas hydrophila pada ikan patin
Beberapa contoh penyakit yang umumnya menyerang Ikan Lele adalah sebagai berikut :
1. Radang usus, penyakit lele ini biasanya menunjukkan gejala lele akan terlihat berdiri tegak dan bagian kumisnya menyembul di permukaan air, beberapa pembudidaya menyebutnya seperti tiang listrik.
2. Radang Insang, penyakit lele seperti ini biasanya menunjukkan ciri insang lele yang memerah. Penanggulangan penyakit lele seperti ini bisa dengan cara menggunakkan daun sirih dan daun pepaya.
3. Asam lambung, lele yang terkena penyakit ini biasanya akan terlihat kembung karena berisi gas/angin dan cairan, untuk penyakit ini penanggulangannya bisa dengan cara seperti penanggulangan pada penyakit radang insang.
4. Penyakit jamur/radang kulit, biasanya pada kulit lele akan terlihat bercak-bercak putih, atau jika yang sudah parah kulitnya seperti terkelupas, untuk penyakit lele jenis ini, penanggulangannya bisa dengan ramuan seperti pada penanggulangan pada penyakit radang insang hanya saja agar khasiat ramuan lebih efektif, sebaiknya ikan lele yang sakit direndam dalam baskom yang telah diisi dengan ramuan tersebut. jika jumlah ikan lele yang sakit banyak, penanggulangan penyakit lele bisa dengan cara seperti di bawah ini :
a. Kuras air kolam 50%
b. Siapkan baskom/wadah yang bisa menampung jumlah ikan yang akan diobati, isi dengan ramuan daun pepaya dan daun sirih (yang telah dicampur dengan air bersih 10:1)
c. Masukan ikan lele kedalam baskom/wadah, waktunya disesuaikan saja, jangan terlalu lama, jika ikan lele terlihat sudah megap-megap, berarti sudah cukup.
d. Kembalikan ikan lele ke dalam kolam, tambahkan air kolam seperti volume awal, sebaiknya gunakan air yang berkualitas baik (Sudah dikompos atau air yang sudah melalui proses persiapan untuk air kolam).
e. Untuk membantu proses penyembuhan, boleh menebar cairan ramuan tersebut ke dalam kolam, ditambah dengan memasukan buah mengkudu yang sudah masak/matang
MANAGEMEN PEMBERIAN PAKAN
Untuk menjamin keberhasilan budidaya lele selain hal-hal yang telah dibahas sebelumnya,masih ada persyaratan lain yang perlu diketahui seperti pengaturan pemberian pakan dan hal-hal yang mempengaruhi efektifitas pakan yang kita berikan pada lele.Untuk jelasnya akan kita bahas secara terperinci agar mudah difahami dan kemudian bisa kita aplikasikan di kolam yang akan kita kelola.
Hal-hal yang juga berpengaruh pada efektifitas pakan adalah :
1. Kondisi air kolam,air kolam yang keruh menyebabkan ikan tidak dapat mendeteksi pakan secara cepat,akibatnya pakan yang kita berikan pada ikan lebih banyak terlarut dalam air dan kemudian mencemari air kolam,atau dengan kata lain pakan yang kita berikan lebih banyak terbuang percuma daripada yang termakan oleh ikannya.
2. Palatibilitas pakan(keuletan dan kekerasan pakan dalam air),pakan yang baik tidak mudah hancur waktu ditebarkan kedalam kolam tapi mudah dicerna oleh ikan.Semakin bagus palatabilitasnya semakin irit pakan yang kita butuhkan selama pemeliharaan.
3. Keseragaman ukuran ikan peliharaan,kolam dengan ikan yang bermacam-macam dapat menyebabkan terjadinya Kanibalisme dan kekerdilan.hal ini akan berakibat pada hasil panen yang tidak merata bahkan bisa juga berakibat pada kegagalan panen karena ikan yang berukuran kecil lebih banyak mati karena dimakan atau diserang oleh ikan-ikan yang berukuran besar,hasil panen tidak mencapai hasil yang diharapkan karena jumlah ikan yang bisa kita panen jauh berkurang karena kebanyakan menjadi makanan ikan besar(Kanibalisme)dan ukuran ikan yang tidak banyak berkembang(kerdil)karena tidak mampu bersaing dalam perebutan pakan.
4. Sistem pemeliharaan.Pemeliharaan dengan cara konvensional seperti yang biasa dilakukan oleh kebanyakan petani merupakan hal yang sudah biasa dan memang sudah berjalan dengan lancar meskipun pada saat ini baru terasa akibat negative yang tersisa dari cara konvensional ini seperti;pencemaran air tanah,polusi udara dan mahalnya harga pellet buatan pabrik.sistem pemeliharaan yang terbaik dan ramah lingkungan adalah dengan system Organik,karena dalam system ini diterapkan pola pengolahan yang serba alami,semua bahan yang kita terapkan ke kolam memakai bahan dari lingkungan sekitar kita,sepeti yang kita bahas sebelumnya.
5. Managemen pakan.Pemberian pakan yang tepat waktu dan jumlahnya akan dapat menambah nilai keuntungan dari hasil panen yang kita harapkan,poin terakhir yang kita bahas ini terkadang dilupakan oleh kebanyakan petani lele,sehingga antara biaya pemeliharaan dan hasil panen lebih banyak biaya pemeliharaannya terutama biaya untuk pakan,yang mencapai nilai 60% dari peruntukan biaya keseluruhan.
Tulisan tentang Lele Organik ini akan di terbitkan secara berkala agar mudah di pelajari.
Demikian semoga bermanfaat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar